Kamis, 28 Oktober 2010

LOGIKA FORMAL DAN DIALEKTIKA


”Pelajaran ini sejalan dengan ide-ide dialektika materialis­me, logika marxisme.”
”Terkejutkah anda betapa istimewanya proyek ini? Inilah para anggota dan simpatisan sebuah partai politik yang revolusioner di bawah ancaman pemerintah dalam PD II, perang terbesar  sepanjang sejarah dunia. Kaum pekerja ini, kaum revolusioner profesional ini, secara bersama-sama, bukan mendiskusikan soal-soal dan memutuskan ukuran-ukuran perlunya aksi-aksi segera, tapi bagi tujuan mengka­ji suatu ilmu yang nampaknya sebanding dengan matematika yang lebih tinggi yang berasal dari perjuangan politik sehari-hari.”
”Betapa kontras dengan gambaran harapan  gerakan marxis yang digambarkan terbelenggu oleh tangan kapitalis! Kelas pemilik dengan gambaran kaum sosialis revolusioner sebagai individu-individu gila yang membohongi diri dan yang lainnya dengan pandangan-pandangan fantastik dari suatu dunia pekerja. Kaum penguasa kapitalis seperti kanak-kanak yang tak bisa menggambar sebuah gambar dunia di mana mereka tidak ada dan di mana mereka bukan figur sentral.”
”Mereka mengklaim dipandu oleh logika dan akal sehat. Sekar­ang saatnya dunia ini mengambil satu pandangan untuk menentukan siapa yang irasional dan siapa yang berakal sehat: kaum kapita­lis atau kaum penentang mereka yang revolusioner. Monarki masyar­akat jaman ini mengamuk dan bertingkah laku seperti orang gila. Mereka menjbloskan dunia ke dalam pemunuhan massa untuk kedua kalinya dalam seperempat abad; membakar peradaban; dan ancaman merusak dasar-dasar kemanusiaan. Dan juru bicara bagi orang-orang miring ini menganggap kita gila dan perjuangan kami bagi sosia­lisme bukti ketidakrealistisan.”
”Tidak, justru sebaliknya. Di dalam berjuang melawan kegilaan kapitalisme terhadap sistem sosialis bebas dari penghisapan dan penindasan, perang-perang, krisis-krisis, perbudakan imperialis, dan barbarisme, kami marxis adalah orang-orang yang paling berakal sehat hidup. Itulah mengapa, tak seperti kelompok-kelom­pok politik dan sosial yang lain, kami ambil ilmu logika sebegitu seriusnya. Logika kami adalah alat yang sangat penting untuk membantu perjuangan melawan kapitalisme dan bagi sosialisme.”
”Logika dialektika materialis adalah, pasti, begitu berbeda dari logika yang ada dari dunia borjuis. Metode kita, seperti ide-ide kita, adalah, seperti yang kita ajukan untuk membuktikan, lebih ilmiah, lebih praktis, dan juga jauh lebih logis daripada logika yang yang lain. Kita mengutamakan pemahaman yang lebih luas dan kepemahaman prinsip-prinsip fundamental dari ilmu yang di sana ada suatu logika terdalam dari hubungan-hubungan menembus semua ralitas dan bahwa hukum dari logika bisa diketahui dan disebarkan kepada yang lainnya. Dunia sosial di sekitar kita hanya merupakan indrawi sperfisial. Ada metode pun dalam kegilaan kelas kapitalis. Kesulitan kita adalah menemukan hukum apa yang paling umum dari logika dalam dari alam, masyarakat, dam pikiran manusia.Sementara kaum borjuis hilang ingatan, kita harus berusaha meningkatkan dan memperjelas punya kita.”
”Kita punya preseden-preseden yang hebat untuk usaha semacam ini. Selama tahun-tahun awal PD I, Lenin, didalam pembuangan di Berne, Swiss, merangkum studi logika Hegel-nya secara simultan dengan mengembangkan program perjuangan bolseviknya menentang perang imperialis. Kesan dari karya teoritis ini dapat dilihat dari semua pemikiran, tulisan, dan tindakannya selanjutnya. Lenin mempersiapkan dirinya dan partainya bagi kedatangan peristiwa-peristiwa lewat penguasaan dialektika. Dalam bulan-bulan pertama PD II, saat mengatur pertempuran menlawan oposisi borjuis kecil dalam partaipekerja sosialis, Trotsky menekankan berkali-kali betapa pentingnya metode dialektika materialis dalam poilitk sosialis revolusioner. Bukunya, In defense of Marxism, berevolusi di sekitar poros teoritis.”
”Inilah, seperti didalam semua aktivitas kami, kami dipandu oleh pemimpin-pemimpin sosialisme ilmiah yang mengajarkan kebe­naran dialektika yang tak ada yang begitu prkatis dalam politik kaum proletar selain metode berpikir yang benar. Metode tersebut hanya lah metode dialektika materialis yang sedang kita kaji.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.